Perbedaan Bekisting Beton Konvensional dan Sistem Bekisting Modern
Bekisting beton merupakan cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton segar hingga beton tersebut cukup keras dan mampu menopang dirinya sendiri. Peran bekisting sangat penting dalam pekerjaan konstruksi, karena mempengaruhi bentuk, kekuatan, serta permukaan akhir dari struktur beton yang dibangun. Seiring berkembangnya teknologi konstruksi, bekisting beton mengalami banyak perkembangan. Kini terdapat dua jenis utama yang umum digunakan, yaitu bekisting beton konvensional dan sistem bekisting modern. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada kebutuhan proyek.

Pengertian Bekisting Beton Konvensional
Bekisting konvensional umumnya terbuat dari bahan kayu seperti papan atau tripleks, yang dirakit secara manual di lokasi proyek. Bahan yang digunakan cenderung mudah ditemukan dan biayanya relatif lebih murah. Proses pembuatannya pun cukup fleksibel, bisa disesuaikan dengan berbagai bentuk struktur.
Baca Juga: Scaffolding Heavy Duty: Ketahanan, Keamanan, dan Efisiensi Kerja di Lapangan
Pengertian Sistem Bekisting Modern
Sistem bekisting modern biasanya dibuat dari bahan logam seperti aluminium atau baja, plastik, atau kombinasi material lainnya. Sistem ini dibuat secara pabrikasi dan dirancang agar bisa digunakan berulang kali dengan efisiensi tinggi. Perakitannya menggunakan sistem modul atau komponen yang bisa dilepas-pasang dengan cepat.
Baca Juga: Campuran Beton: Komposisi Ideal untuk Kekuatan dan Daya Tahan Maksimal
Perbedaan Utama antara Bekisting Beton Konvensional dan Sistem Bekisting Modern
Perbedaan ini mencakup berbagai aspek mulai dari bahan pembuat, cara pemasangan, efisiensi waktu, hingga hasil akhir yang dihasilkan. Penjelasan berikut memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai perbedaan utama antara bekisting konvensional dan sistem bekisting modern dalam dunia konstruksi, diantaranya:
1. Bahan Pembuat
– Bekisting Konvensional: Dibuat dari bahan kayu seperti papan, balok, atau tripleks. Material ini mudah didapat dan bisa disesuaikan dengan berbagai bentuk, namun kurang tahan lama.
– Sistem Bekisting Modern: Menggunakan bahan seperti aluminium, baja, plastik, atau kombinasi material yang lebih kuat dan tahan terhadap cuaca serta tekanan beton. Material ini juga dirancang untuk penggunaan berulang kali.
2. Metode Perakitan
– Bekisting Konvensional: Proses perakitan dilakukan secara manual menggunakan alat pertukangan seperti palu dan paku. Setiap bagian dirangkai satu per satu di lokasi proyek.
– Sistem Bekisting Modern: Menggunakan metode modular yang dirancang secara fabrikasi, sehingga pemasangan dan pembongkarannya lebih cepat dan presisi. Sambungan antar bagian biasanya sudah dilengkapi pengunci khusus.
3. Waktu Pengerjaan
– Bekisting Konvensional: Membutuhkan waktu lebih lama karena perakitannya dikerjakan secara manual dan bertahap.
– Sistem Bekisting Modern: Lebih efisien dalam waktu pengerjaan karena desainnya memudahkan pemasangan secara cepat, bahkan dengan tenaga kerja yang lebih sedikit.
4. Ketahanan dan Kemampuan Penggunaan Ulang
– Bekisting Konvensional: Umumnya hanya bisa digunakan beberapa kali saja. Setelah itu, kualitasnya menurun dan tidak layak digunakan kembali.
– Sistem Bekisting Modern: Dirancang untuk dapat digunakan berulang kali, bahkan hingga puluhan atau ratusan kali, tergantung dari kualitas bahan dan perawatan selama penggunaannya.
5. Kualitas Hasil Akhir Beton
– Bekisting Konvensional: Hasil akhir beton bisa tidak merata atau bergelombang, karena bergantung pada kerapian dan keterampilan pemasang.
– Sistem Bekisting Modern: Mampu menghasilkan permukaan beton yang lebih halus, rata, dan konsisten karena cetakan sudah memiliki dimensi yang presisi dan permukaan yang rata.
6. Biaya Pelaksanaan
– Bekisting Konvensional: Biaya awal cenderung lebih rendah, cocok untuk proyek skala kecil atau satu kali pakai. Namun, biaya total bisa lebih besar jika digunakan dalam proyek jangka panjang.
– Sistem Bekisting Modern: Meskipun biaya awal lebih tinggi, investasi ini menjadi lebih ekonomis untuk proyek besar, berulang, atau proyek yang membutuhkan efisiensi waktu dan hasil berkualitas tinggi.
Baca Juga: Konstruksi Modular: Solusi Bangunan Cepat, Efisien, dan Ramah Lingkungan
Kapan Menggunakan Bekisting Konvensional atau Modern?
Pemilihan jenis bekisting beton sangat tergantung pada skala proyek, waktu pelaksanaan, dan efisiensi biaya. Untuk proyek kecil atau pekerjaan satu kali, bekisting konvensional bisa menjadi pilihan. Namun untuk proyek besar seperti pembangunan gedung bertingkat atau perumahan massal, sistem bekisting modern memberikan efisiensi waktu dan hasil kerja yang lebih optimal.
Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak dalam Proyek Konstruksi
Kesimpulan
Bekisting beton memiliki peran penting dalam konstruksi bangunan. Baik bekisting konvensional maupun sistem bekisting modern memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bekisting konvensional cocok untuk proyek berskala kecil dengan anggaran terbatas, sementara sistem bekisting modern lebih sesuai untuk proyek besar yang membutuhkan efisiensi dan kualitas tinggi. Pemahaman terhadap perbedaan ini akan membantu dalam menentukan metode yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek yang sedang dijalankan.
PT. Teknometal Konstruksi Utama adalah penyedia scaffolding dan shoring system dengan merek TEKNO, yang melayani kebutuhan proyek konstruksi di berbagai sektor seperti infrastruktur, gedung, energi, dan migas. Untuk informasi lebih lanjut atau kebutuhan jasa scaffolding dan shoring system, silakan hubungi melalui WhatsApp di 0811 998 057 atau email ke info@teknoscaff.com.